Pembelajaran Jarak Jauh, LMS dan Kuota

Dalam periode yang sama, berkesempatan mengikuti pola pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan tiga karakter berbeda. Satu terkait akademis yang harus dilakukan secara daring, satu lagi semacam diklat yang digelar Kominfo dengan durasi cukup lama, hingga beberapa pekan. Satu lainnya karena tugas kantor, membersamai pimpinan.

Dari ketiganya ada pola yang berbeda, pertama lebih banyak memanfaatkan aplikasi Micorosoft Teams dan Zoom, kedua memanfaatkan sosial media seperti Facebook, Instagram dan Youtube. Sedangkan ketiga menggunakan Learning Management System (LMS).

Ada rasa berbeda dari ketiganya. Untuk yang pertama, memiliki kelebihan karena bisa terjadi interaksi langsung antar peserta. Meski demikian terdapat sejumlah kelemahan, selain memakan banyak kuota dan sangat tergantung dengan jaringan internet, peran guru/dosen sangat penting. Proses dialog harus terus terbangun selama pembelajaran. Jika guru/dosen tidak ‘greteh’ maka para siswa/mahasiswa tinggal pasang foto profil manis, lalu ditinggal entah ke mana.

Pembelajaran menggunakan zoom meeting dan semacamnya akan bagus jika direkam dan disimpan otomatis melalui media sosial Youtube atau Facebook sehingga bisa dilihat ulang. Jika memang terbatas, maka tinggal setting privat dan hanya mereka yang memiliki akses yang bisa melihat.

Kedua, memanfaatkan media sosial dengan fasilitas live, semisal Facebook live maupun Youtube. Ini diterapkan dalam Diklat dari Kominfo. Ini membantu mereka yang tidak sempat mengikuti secara langsung, bisa memantau setelah acara selesai. Namun biasanya ada daftar hadir peserta yang harus diisi yang dibagikan melalui link selama acara berlangsung , sehingga para peserta harus menyempatkan ikut menyimak.

Modul pembelajaran dalam bentuk softcopy disiapkan di website khusus yang bisa diunduh para peserta. Termasuk soal-soal latihan dan sebagainya. Sehingga peserta bisa mengunduh dan mengupload kapanpun mereka mau, selama akses masih dibuka.

Ketiga, menggunakan LMS. Ini memadukan dua cara di atas dengan sejumlah aturan yang ‘memaksa’ peserta harus tertib. Terdapat website khusus yang bisa diakses oleh peserta yang sudah terdaftar. Materi pembelajaran tersusun sesuai jadwal harian dan lengkap sampai kegiatan selesai.

Meski demikian, materi yang bisa diakses adalah materi yang akan disampaikan haru itu. Peserta bisa mendownload materi, melihat jadwal, pembagian kelas atau kelompok, ruang untuk berdiskusi, lembar evaluasi pembimbing serta tempat upload tugas.

Pembimbing akan menyampaikan materi melalui Zoom Meeting, lantas peserta diminta membuat resume dan jurnal harian. Dibatasi setiap hari harus selesai upload sebelum jam 24.00 WIB. Sehingga mau tidak mau, peserta harus menyelsaikannya hari itu juga.

Terdapat juga menu untuk upload video, termasuk video pembelajaran sehingga pserta bisa melihat kembali pelajaran-pelajaran yang telah lalu.

Menurut saya LMS sangat cocok diterapkan dalam PJJ, termasuk kepada para siswa. Dalam bentuk sederhana, bisa memanfaatkan blog gratisan maupun Fans Page Facebook. Sehingga peserta didik bisa kapanpun melihat kembali pelajaran yang disampaikan oleh guru, jika mereka belum paham. Serta memudahkan para siswa mengirimkan hasil pekerjaan mereka melalui menu upload atau chat.

Dan berbeda dengan Whatsapp yang harus registrasi menggunakan nomor ponsel. LMS bisa berbasis website serta bisa diakses dari Komputer, Laptop maupun smartphone. Dari segi penggunaan kuota, mungkin LMS lebih hemat.

Boleh dicoba.

Barat || 6 Agustus 2020