Ciri-ciri Seorang Toxic Parents

orang tua toxit

Ciri-ciri Seorang Toxic Parents

GURU.OR.ID—Membangun pola asuh kepada anak sebaik mungkin adalah tanggungjawab orang tua. Karena seorang anak berhak tumbuh dari keluarga yang harmonis penuh dengan cinta. Mengedepankan kebahagiaan anak merupakan fitrah setiap orangtua, ingin memenuhi segala bentuk kebutuhan anak secara finansial dan emosional. Begitu besar kasih sayang dan harapan yang besar ditanamankan di setiap diri anak agar kelak menjadi sebaik-baiknya manusia.

Setiap keluarga tentunya memiliki nilai-nilai berbeda. Upaya menanamkan dan menumbuhkan perilaku tidak bisa disamakan dengan yang lainnya. Karena benar, apa yang orangtua tanamkan sejak dini ialah yang akan tumbuh dikemudian hari.

Pola asuh anak selalu mempengaruhi perkembangan buah hati. Namun sejatinya apa yang orangtua berikan pastilah yang terbaik. Memang tidak ada orangtua yang sempurna dalam menerapkan pola asuh anak, satu hal yang pasti ia tumbuh dari niat sebagai ikhtiar setiap orangtua.

Perlu kita ketahui, atas apa yang sudah orangtua berikan terkadang alfa dari pengamatan kita. Seperti terlihat normal, menanggung kebutuhan anak, memberikan kasih sayang, tidak menyakiti atau tidak pernah membuatnya menderita. Tanpa disadari, ada hal-hal yang menyakiti—tumbuh sebagai racun dalam tumbuh kembang anak.

Terlepas sebagai orangtua, karena mereka juga sebagai manusia. Ada hal-hal yang sudah dianggap baik namun malah justru sebaliknya. Tindak perilaku buruk kepada anak dapat mempengaruhi perkembangan anak, hal ini bisa menimbulkan dapak secara psikologi bahkan secara panjang. Lalu, apakah dalam menerapkan pola asuh anak, Anda bisa disebut toxic parents atau sikap orangtua yang beracun? Mari simak ciri-ciri toxic parents dibawah ini:

  1. Egois

Terkadang, ketika marah atau kesal kepada anak orangtua kehilangan control bagaimana seharusnya berucap. Hal-hal yang seharusnya tidak disampaikan, malah jadi keceplosan. Hal ini tidaklah baik, membuat anak merasa terbebani. Seakan-akan mereka harus bertanggungjawab atas apa yang dirasakan orangtuanya.

 

Misalnya, anak kesulitan mengerjakan PR. Orangtua yang mendampinginya kesal karena anak tersebut tidak ingin lebih banyak berusaha alias merengek. “Apa kamu tidak kasihan dengan Ibu? Dari pagi sampai sore bekerja buat kamu, apa-apa sudah dibelikan malah males-malesan.”

 

Maksud Ayah dan Ibu semuanya hanya ingin memberi tahu bahwa putra putrinya tidak boleh mudah menyerah. Namun, karena control yang tidak baik mengakibatkan anak menjadi down. Untuk itu, para pembaca guru.or.id harus menggunakan pendekatan yang baik.

 

Jangan sampai membuat anak terbebani, padahal orangtua hanya ingin berempati.

 

  1. Candaan yang Mengecilkan Hati Anak

Membuat suasana bersama anak menjadi hangat adalah tugas orangtua, namun bagaimana dengan candaan atau lelucon yang membuat anak menjadi berkecil hati?

 

Membuat lelucon alangkah lebih baiknya harus dipikir terlebih dahulu agar tidak menyakiti yang lainnya. Niatnya membuat suasana menjadi lebih hangat, namun terbalik menjadi pekat. Jangan sampai situasi menjadi tidak baik hanya karena candaan yang mungkin tidak sengaja dilontarkan.

 

Lelucon tentang warna kulit, rambut yang tidak lurus, sampai dengan pencapaian peringkat terkadang dibuat lelucon oleh orangtua. Pernahkah, Anda melihat ekspresi buah hati Anda setelah melontarkan lelucon-lelucon tersebut? Ya, memang tidak begitu terlihat. Namun, didalam hati kecilnya ada rasa marah kenapa harus dibandingkan, kenapa harus aku.

 

Hal tersebut sangatlah tidak pantas jika dilakukan oleh orangtua, karena sudah keterlaluan dalam melontarkan candaan. Segeralah minta maaf dan berikan penjelasan agar ia tidak berkecil hati.

 

  1. Menjadi Monster

Memukul, membentak, atau kekeran verbal dan non verbal lainnya bukanlah hal yang dianjurkan dalam mendidik anak. Bukan jangka waktu pendek, melainkan dampak psikologis jangka panjang yang akan mempengaruhi tumbuh kembangnya. Tentunya, Anda tidak menginginkan kalau buah hati tercinta mengalami hal tersebut, bukan? Maka, mari jangan menjadi monster bagi anak sendiri.

 

Bukankah Anda tidak ingin dicap sebagai ‘monster’ yang menakutkan?

 

Tugas orangtua adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman. Bagaimana Anak bisa aman kalau mereka tidak aman?

 

  1. Menerapkan Disiplin Berlebihan

Siapa yang tidak menginginkan kalau anaknya menjadi orang yang disiplin? Ini merupakan doa yang kerap dilangitkan oleh para Ayah dan Ibu. Namun ternyata, menerapkan disiplin yang berlebihan bukan suatu jalan yang baik.

 

Menerapkan disiplin agar anak menjadi pribadi yang santun dan selalu tepat waktu memang baik. Akan tetapi, disiplin yang berlebihan ini akan membuat tingkat percaya diri anak terganggu—karena apa-apa harus sesuai dengan kemauan orangtua. Jika tidak segera melaksanakan kewajibannya akan ada hukuman setelahnya.

 

Apakah Anda termasuk toxic parents seperti yang disebutkan di atas? Toxic parents memberikan dampak negatif bagi anak-anak, bahkan secara mental. Tipe anak penurut bisa menekan orangtuanya untuk memenuhi segala inginnya. Begitu juga dengan tipe pemberontak bisa berubah menjadi pembangkah.

 

Membimbing dan mendidik anak bukanlah tugas yang mudah, diperlukan banyak usaha dan sabar. Mari bersikap ramah dengan anak tanpa takut kalau menjadi seorang anak ialah proses belajar sampai ia menemukan jati diri sesungguhnya.

 

Demikianlah ciri-ciri toxic parents semoga kita dijauhkan dari yang demikian. Semoga menjadi referensi untuk pembaca guru.or.id semuanya.

 

Tetap lembut,

Namun tidak lunak.