Memahami Individu Siswa dengan Inventarisasi Data Pribadi

memahami karakter siswa

Peran seorang guru tidak sekadar sebagai pengajar yang menyampaikan materi pelajaran, melainkan sebagai pendidik, dan pembimbing. Maka peran konsultatif juga harus dijalankan. Untuk sekolah di tingkat SMP atau SMA, peran ini terbantu dengan adanya Guru Bimbingan Konseling (BK).

Berbeda dengan di tingkat Sekolah Dasar, karena tidak semua sekolah memiliki guru BK sehingga guru kelas atau mata pelajaran harus menjalankan peran konsultatif tersebut secara langsung.

Untuk melakukan peran tersebut seorang guru membutuhkan data pribadi siswa agar bisa melakukan pencegahan munculnya masalah maupun memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi siswa secara tepat. Untuk mendapatkan data tersebut dikenal dengan dua cara yakni teknik tes dan teknik nontes.

Inventarisasi data pribadi merupakan usaha untuk mengumpulkan data siswa atau peserta bimbingan (konseli) secara utuh dan menyeluruh baik terkait fisik maupun psikis.

Data tersebut kemudian digunakan untuk membantu siswa dalam mengembangkan potensi dirinya agar bisa optimal dan dinamis.

Inventarisasi data pribadi juga bisa dimanfaatkan untuk membantu siswa memahami dirinya. Karena perkembangan setiap individu dipengaruhi banyak faktor antara lain:

Pertama, capaian hasil dari proses belajar tergantung kepada tingkat kematangan individu. Ini terkait dengan usaha-usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Sehingga individu perlu menyadari faktor usaha secara individu turut menentukan hasil.

Kedua, masa awal sebagai waktu perkembangan yang efektif. Pada masa awal perkembangan, misal saat bayi dan kanak-kanak proses perkembangan terjadi dengan cepat, maka pada masa ini harus diarahkan secara benar dan optimal.

Ketiga, kecepatan perkembangan yang berbeda. Setiap individu memiliki tingkat kecapatan individu yang berbeda.
Keempat, pengaruh lingkungan yang tidak bisa diabaikan. Individu tumbuh dalam sebuah lingkungan sosial yang tidak bisa dipisahkan. Dalam sebuah kata bijak dikatakan jika harus berteman maka bertemanlah dengan penjual minyak wangi, jika tidak mendapatkan minyak, minimal terkena bau wanginya.

Ini menyiratkan peran lingkungan dan teman-teman dekat sangat berpengaruh. Individu siswa yang tumbuh di lingkungan kondusif memiliki kemungkinan akan berkembang dengan baik. Sebaliknya, siswa yang berada di lingkungan tidak kondusif sangat mungkin tumbuh dalam keadaan kurang baik.

Kelima, perkembangan individu bisa mengalami percepatan dan kemunduran. Ini juga harus dipahami, perkembangan individu tidak statis, melainkan bisa dipercepat ataupun melambat. Sehingga dibutuhkan pendekatan yang tepat.

Pemahanan yang utuh akan siswa dapat membantu dan mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setiap siswa juga memiliki kebutuhan individu yang berbeda. Kebutuhan tersebut merupakan titik awal tumbuhnya motif dan menimbulkan perilaku.

Jika seorang anak membutuhkan perhatian dan itu tidak terpenuhi, maka ia akan melakukan perilaku yang dipandang bisa memancing perhatian dari orang di sekitarnya. Maka motif semacam ini harus dikelola dan diarahkan dengan bijak. [e]