Mengapa Harus Ada Sekolah Favorit?

Secara formal memang tidak dikenal istilah sekolah favorit di Negeri ini. Namun, hampir di setiap daerah, sekolah favorit tetap ada dan semakin berkembang. Istilah sekolah favorit sebenarnya muncul dari sebutan masyarakat kepada sekolah yang banyak peminatnya pada saat masa Penerimaan Siswa Baru. Ada banyak alasan suatu sekolah digelari sebagai sekolah favorit oleh masyarakat. Sebagian besar alasan tersebut sebenarnya tidak bisa dijadikan landasan memilih sekolah favorit. Bahkan ada anggapan bahwa siapapun yang bersekolah di sekolah tersebut pasti pandai atau pintar. Perlu diingat bahwa sekolah favorit tidak identik dengan sekolah unggul atau berkualitas.

Beberapa sekolah favorit menurut masyarakat, karena dilhat dari sisi luarnya saja. Iklan yang gencar dari pihak sekolah atas keunggulan-keunggulan sekolahnya. Hal ini tentu baik saja dan merupakan contoh kreativitas pihak sekolah, namun akan menjadi negatif jika iklan tidak sesuai kenyataan. Selain itu, satu dua siswa yang memperoleh prestasi akan mengangkat nama sekolah favorit tersebut. Jika kurang diselami, bisa saja siswa yang berprestasi tersebut adalah satu atau dua siswa di antara ratusan siswa lainnya yang dibawa rata-rata. Artinya ada kemungkinan hanya kebetulan saja, bukan karena usaha intens dari pihak sekolah.

Beberapa hal lagi yang biasanya menjadi “standar” tersendiri masyarakat menilai suatu sekolah menjadi favorit, antara lain:

Sarana Lengkap
Sebagian orangtua atau masyarakat ada yang menyebut sekolah yang mempunyai sarana yang lengkap adalah sekolah favorit. Sekolah yang punya AC di setiap ruangannya, sekolah yang punya drumband, sekolah yang punya tempat parkiran, dan lain sebagainya. Meski disisi lain ada pula sarananya yang kekurangan, seperti dijejalinya 3 siswa setiap meja dan bangku karena membludaknya pecinta sekolah favorit tersebut.

Bangunan Megah
Sering bangunan sekolah bertingkat dengan cat yang mulus serta deretan spanduk sponsor menyilaukan mata untuk memilih sebagai peraduan mencari ilmu anak-anak kita. Bangunan fisik memang indah, tetapi sempatkah kita menilai bangunan non fisiknya? Bagaimana dengan aktifitas gurunya? Bagaimana kepemimpinan kepala sekolahnya? Bagaimana bangunan etika yang diterapkan di sekolah tersebut? Kesemuanya itu sebenarnya menjadi inti dari bangunan yang semestinya menjadi tolok ukur pilihan sekolah.

Peminatnya Berjubel
Setiap masa penerimaan siswa baru (PSB) maka sekolah favorit menjadi serbuan orangtua dan siswa. Tidak hanya masyarakat biasa, tapi juga masyarakat pejabat, pejabat dari Dinas Pendidikan sekalipun turut memperparah keadaan. Nota dan surat sakti pun berkeliaran selama PSB berlangsung. Aturan yang dibuat sendiri tanpa canggung dilanggar sendiri. Teriakan penegakan aturan berkumandang dari orang-orang yang anak atau kerabatnya tidak sempat diterima di sekolah favorit tersebut. Tapi jika lolos dengan cara-cara “curang” maka diam seribu bahasa. Di sekolah favorit berjubel peminatnya, di sekolah lainnya sepi peminat.

Sekolah Anak Pejabat
Sekolah favorit juga identik dengan sekolahnya anak-anak pejabat. Perasaan malu mungkin berjangkit jika ada pejabat yang menyekolahkan anaknya di sekolah bukan favorit, meski ada sekolah “biasa” persis di depan rumahnya. Ini pulalah yang sering mengacaukan segala aturan atau standar PSB yang telah dirancang dengan susah payah dan diputuskan bersama. Orangtua dari kalangan non pejabat akan sangat bangga jika anak mereka juga dapat masuk di sekolah tersebut.

Dari keempat alasan di atas tentu tak ada satupun yang merupakan alasan tepat suatu satuan pendidikan digelari sekolah favorit, tapi itulah kenyataan yang ada. Pengistilahan sekolah favorit jelas mematikan sekolah lainnya yang “tidak favorit”. Tentu pemerintah tidak boleh hanya lepas tangan dengan memberikan kewenangan sepenuhnya kepada pihak sekolah mengembangkan dirinya dengan alasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Pemerintah seharusnya memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa alasan (khususnya 4 tadi) tidak tepat dalam memilih sekolah yang diharapkan mampu merealisasikan tujuan mereka menyekolahkan anaknya. Jika hanya itu alasannya, maka semua sekolah juga akan menelorkan hasil yang sama. Juga harus ditegaskan bahwa tidak ada nama dan dikotomi antara sekolah favorit dan sekolah tidak favorit.

Beberapa alasan yang tepat dalam pemilihan sekolah bagi anak-anak kita antara lain:

Kualitas Guru
Kualitas guru dapat dilihat dari tingkat pendidikannya, serta prestasi yang dimilikinya. Berapa banyak guru sekolah yang dituju memiliki pendidikan yang sesuai dengan bidangnya. Berapa banyak guru sekolah tersebut telah memiliki sertifikat pendidik? Guru adalah mereka yang akan menjadi ujung tombak berhasil tidaknya anak kita di sekolah itu.

Kepemimpinan Kepala Sekolah
Hal ini juga sangat penting menjadi dasar sebuah sekolah menjadi pilihan berlabuh anak kita dalam menuntut pendidikan formal. Integritas dan kredibiltas kepala sekolah menentukan arah yang tepat sebuah sekolah. Arahnya kualitas, tentu menjadi pilihan tepat bagi kita. Selain itu, keterbukaan dan lapang dada seorang kepala sekolah harus menjadi penilaian tersendiri. Arogansi dan ketertutupan kepala sekolah tentu sangat menghambat masukan, ide, apalagi kritikan dari luar.

Kreativitas Sekolah
Sekolah yang penuh dengan inovasi dan kreativitas, jelas beda dengan sekolah lainnya. Berani tampil beda dalam hal pengembangan sekolah, menjadi salah satu alasan tepat pemilihan sekolah bagi orangtua dan siswa. Sekolah yang kreatif akan dengan terbuka menerima masukan dari semua pihak, telebih-lebih dari orangtua siswa. Sekolah kreatif mengganggap sekolah milik bersama, sehingga pengembangan sekolah harus secara bersama pula.

Prestasi Di Atas Rata-rata
Nilai UN yang tinggi hanya contoh kecil dari prestasi sebuah sekolah. Nilai UN yang tinggi sama sekali tak bisa dijadikan satu-satunya penilaian prestasi sebuah sekolah dan akhirnya menjadi pilihan masyarakat. Hasil ujian masuk perguruan tinggi tahun ini yang digelar secara nasional menunjukkan tidak adanya korelasi antara nilai UN SMA dengan nilai ujian masuk perguruan tinggi tersebut. Artinya nilai UN yang tinggi tidak serta merta dapat lulus masuk perguruan tinggi dibanding nilai UN yang rendah. Prestasi di atas rata-rata tentu banyak aspek, seperti pada lomba-lomba yang diikuti sekolah dan tingkat pretasi siswa yang cukup menyebar kepada banyak siswa.

Dari keempat alasan di atas yang dapat dikatakan tepat dalam menyeleksi sekolah oleh masyarakat, tentu masih dibutuhkan beberapa aspek pendukung, seperti sarana prasarana pendidikan, kualitas bangunan sekolah yang baik (bukan mewah), jarak, serta cost yang harus dikeluarkan. Intinya, gelaran sekolah favorit semestinya tidak perlu ada. Selain berdampak negative bagi kemajuan sekolah lainnya, juga dapat menyesatkan masyarakat sendiri. Pemerintah tidak boleh membiarkan ketidakadilan ini berlangsung terus. Pemerintah harus membina semua sekolah, negeri atapun swasta, “favorit” maupun “tidak favorit”. Aturan tidak boleh berlaku pada sekolah tertentu, meskipun di sekolah tertentu banyak anak pejabat. SEKIAN