Di Indonesia, tanggal 21 April dikenal sebagai Hari Kartini. Dengan peringatan Hari Kartini kita mencoba menggali lebih dalam makna yang bisa dipelajari dan direnungkan untuk menjadi motivasi belajar agar cita-cita untuk mendapatkan keadilan bagi sesama manusia (khususnya bagi kaum perempuan) dapat kita tingkatkan. Ini hakikat perjuangan dan cita-cita Kartini,”
Tetapi lebih jauh dari itu, sebenarnya Kartini juga memperjuangkan agar dunia pendidikan terbuka luas bagi kaum perempuan, supaya kaum perempuan mempunyai pengetahuan yang lebih luas pula dan bisa berbuat banyak hal dalam masyarakatnya. Menurut Kartini, hanya kalau tingkat pendidikan kaum perempuan lebih tinggi, maka hal itu bisa tercapai. Sebab, bagaimana mungkin kaum perempuan yang selama ini bertugas untuk mendidik anak-anak masa depan bangsa kita, kalau dia sendiri tidak terdidik.
“Pada saat perempuan-perempuan Desa umur 12 tahun sudah harus dipingit untuk segera dikawinkan, Kartini malah memperjuangkan agar dia bisa sekolah. Ini bukan perjuangan sederhana, sebab pada masa itu, anak perempuan ke luar rumah untuk sekolah adalah peristiwa luar biasa dan hampir seperti “pemberontakan” saja. Kartini nasibnya lebih baik, karena dia anak tokoh masyarakat terpandang yakni Bupati Jepara. Tapi kondisi ini masih saja terjadi hingga saat ini, bagi perempuan masih banyak yang belum mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Menurut Angelina Sondak , bagaimana konsep daripada Kartini dan emansipasi itu tetap ada dalam koridor, bahwa kita sebagai perempuan tidak ingin melebihi daripada laki-laki dan ketika kita berkomitmen untuk hidup dalam keluarga, maka ada fungsi-fungsi Ibu dan Istri yang harus dilakukan.
Bagaimana seharusnya para Kartini saat ini ?
Pada saat ini peranan “para Kartini” sudah mendapat tempat yang sejajar dengan kaum pria. Mereka sudah dapat berpartisipasi dan berkarya untuk keluarga dan negeri ini. Sebut saja tokoh-tokoh wanita yang saat ini berkarya dibidangnya antara lain : Megawati Soekarnoputri , Dr. Mutia Hatta, Dr. Sri Mulyani, Miranda Gultom, Christin Hakim, Moeryati Sudibyo, Dewi Motik , Dr. Fadilah Supari dan lain-lainnya telah menunjukan prestasi yang luar biasa bahkan melebihi kaum pria.
Terutama para Kartini muda harus dapat mencontoh dan meningkatkannya segala peranan mereka dengan lebih baik. Saat ini di Indonesia telah ada kesetaraan gender yang tidak lagi mempersoalkan laki-laki atau perempuan. Dalam segala lini pekerjaan yang dituntut hanyalah kerja keras dan profesionalisme, sehingga banyak perempuan yang saat ini dapat mengemban tugas dan meneruskan cinta-cita Ibu Kartini.
Bagaimana dengan para Kartini yang saat ini berada di luar negeri ?
Bagi anak –anak bangsa yang saat ini di luar negeri adalah para duta bangsa yang harus dapat mengagumkan nama baik Tanah Airnya. Anak-anak bangsa ini tidak memandang laki-laki maupun perempuan harus dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di luar negeri. Sehingga peranan para Kartini di luar negeri saat ini harus dapat mengoptimalkan peranannya di luar negeri . Karena sepak terjangnya yang baik akan dapat mengharumkan nama baik dirinya sendiri, keluarga , dan negaranya Indonesia.
Bagi wanita yang saat ini berada di luar negeri , meningkatkan peranannya secara optimal merupakan hal yang wajib. Saat ini sudah tidak ada rantai yang mengekang wanita berkarya dan berekspresi serta diperlakukan yang sama untuk dapat bersaing dengan kaum pria menduduki suatu ajang kompetisi dalam dunia kerja. Memang saat ini ada kesan para wanita di luar negeri sering mendapatkan kesan buruk , karena keberadaan para wanita itu adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Para tenaga kerja wanita (TKW) sering diperlakukan tidak baik oleh majikannya di luar negeri , karena memang pada umumnya berpendidikan rendah dan sering kurang mendapatkan perlindungan hukum. Seperti Kasus Nirmala Bonet jangan sampai terjadi lagi seorang Kartini muda sebagai anak bangsa diperlakukan tidak baik di negeri orang.
Indonesia sering mendapatkan cap “ negara pengekspor pembantu rumah tangga “ , sudah saatnya kita rubah menjadi negara penghasil “wanita hebat dan tangguh”. Peranan wanita Indonesia di luar negeri saat ini harus kita tingkatkan prefesionalismenya, sehingga selalu diperlukan dan didambakan dalam segala sektor kehidupan. Jadi saat ini berkarya dan berekspresilah di luar negeri dengan baik , penuh tanggung jawab dan dapat membanggakan Bangsa Indonesia, karena para Kartini yang di luar negeri ini menjadi duta Bangsa Indonesia.
Stop Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Mungkin kesan yang juga luar biasa adalah bahwa keterlibatan di dalam politik maupun di dalam sosial budaya ataupun bisnis, bukan berarti semua permasalahan perempuan selesai, buktinya walaupun ada peningkatan-peningkatan signifikan di dalam bisnis, politik ataupun pemerintah dengan keterlibatan perempuan, walaupun itu belum cukup tapi angka kekerasan dalam berumah tangga tetap saja terjadi.
Surga dibawah telapak kaki ibu , dari ungkapan tersebut hal yang seharusnya seorang wanita di jaga, dilindungi , dihormati , dan dimengerti. Perlakukan terhadap kekerasan dalam rumah tangga , biasanya wanita sebagai korbannya. Seorang istri biasanya dalam hal fisik lebih lemah tidak boleh dijadikan alasan adanya perlakukan kekerasan terhadapnya. Perlindungan hukum tentang kekerasan dalam rumah tangga ini harus benar-benar ditegakkan sehingga tidak ada lagi kasus–kasus penganiayaan suami terhadap istri dan dihentikan sekarang juga.
Pada akhirnya perempuan tidak harus meninggalkan pekerjaan domestiknya, namun tetap bisa berkarya dan berpartisipasi, disini kita memerlukan figur laki-laki yang juga mempunyai perspektif gender dan bisa mengganggap bahwa perempuan bukan saingannya, perempuan bukan figur yang akan mendominasi tetapi perempuan adalah mitra yang kalau dalam hubungannya dapat harmonis, sinerjik dan berpengertian, maka fungsi-fungsi daripada unit terkecil yaitu “Keluarga”, ini bisa diselaraskan dan akhirnya kita membangun Indonesia menjadi lebih baik.
Penulis : Trisno Widodo, Guru SMP Negeri 11 Bogor