Menerapkan Model Pembelajaran Jigsaw dengan Membebaskan Siswa Memilih Topik Bahasan Berdasarkan Kemampuan Awal
( Catatan kegiatan di Makasar )
Oleh : Trisno Widodo , Guru SMP Negeri 11 Bogor
Kegiatan TOT Fasnas di Makasar beberapa bulan yang lalu membawa sebuah catatan yang sangat berguna. Pada waktu itu Penulis dengan kelompok kerjanya mengidentifikasi masalah dan menemukan masalah yang diangkat kemudian di cari alternatif pemecahannya.
Berdasarkan keputusan yang diambil kelompok , akhirnya menemukan masalah dalam penerapan pembelajaran di kelas dimana kerjasama dan keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif belum baik. Alternartif pemecahan yang disepakati yaitu membebaskan pada siswa untuk memilik suatu topik bahasan berdasarkan kemampuan awal. Dari soal pada lembar kerja siswa dibebaskan untuk memilih sendiri pertanyaan yang akan dibahas berdasarkan kemampuan awal siswa. Karena penulis dan kelompok kerja yakin bahwa kemampuan awal siswa berbeda-beda.
Pemilihan model pembelajaran yang dipilih adalah model jigsaw karena menurut kelompok model ini sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Barulah kelompok kerja membuat RPP, membuat Lembar kerja dan Media yang sesuai untuk pembelajaran di kelas. Setelah dilakukan simulasi dan mendapatkan beberapa masukan dari kelompok lain , semakin percaya diri bahwa alternatif pemecahan masalah yang dilakukan sudah bagus.
Setelah persiapan mengajar dilakukan kemudian RPP tersebut dipraktekan di SMPN 33 Kota Makasar. Pada saat penulis menjadi guru model siswa telah duduk berdasarkan kelompok belajarnya dengan jumlah 5-6 orang. Pada saat siswa akan melakukan kegiatan mengerjakan LK, guru model membersilahkan siswa dalam kelompok belajar untuk memilih salah satu dari 4 pertanyaan yang ada dalam LK yang menurut siswa yang lebih mampu dikuasai untuk dijawab dengan baik. Namun dari 4 soal harus semuanya harus dipilih siswa. Jadi dari 4 soal tersebut ada yang dipilih lebih dari 1 orang. Setelah siswa memilih salah satu pertanyaan berdasarkan kemampuannya , selanjutnya kelompok asal bergabung dengan kelompok ahli. Didalam kelas tersebut semula ada 8 kelompok asal , berubah menjadi 4 kelompok ahli.
Berdasarkan pengamatan penulis dan pengamat dari kelompok kerja , permasalahan kerja sama dan keaktifan siswa dalam diskusi di kelompok ahli berjalan dengan baik. Setelah diskusi di kelompok ahli selesai , selanjutnya kembali pada kelompok awal. Berdasarkan pengamatan penulis dan pengamat dalam kelompok kerja juga kegiatan diskusi pada kelompok awal juga baik. Kerja sama dan keaktifan siswa dalam kelompok baik.
Hasil karya dari 8 kelompok juga bagus , baik jawaban dari pertanyaan pada LK dan kreatifitasnya . Setelah kegiatan pratik pembelajaran dikelas selesai kemudian diadakan refleksi bersama guru model, pengamat, guru setempat dan konsultan. Hasil refleksi ditemukan beberapa masalah antara lain : kelompok awal belum heterogen dimana ada kelompok yang jumlahnya 8 siswa dan ada yang 5 siswa , serta ada juga yang dalam kelompok banyak yang laki-laki atau banyak perempuannya. Perbaikannya dalam praktik yang kedua heterogenitas kelompok akan diratakan dahulu sebelum kegiatan dimulai.
Pada hari kedua melakukan praktik di SMPN 33 Kota Makasar mengunakan kelas yang berbeda , namun kondisi siswa sama dengan kelas dalam praktik pertama. Sebelum dilakukan pratik, siswa disebar baik julah dan pemeratan gender juga seimbang antara pria dan wanita. Guru model melakukan praktik berdasarkan langkah-langkah pembelajaran dilakukan sesuai dengan RPP yang ada.
Fokus pengamatan diberikan pada saat siswa berdiskusi dalam kelompok ahli dan berdiskusi dalam kelompok asal. Semuanya berjalan dengan baik dengan baik. Bahkan kerjasama kelompok dan keatifan siswa dalam berdiskusi semakin baik. Sehingga hasil karya yang dipajang dan dipresentasikan semakin baik.
Berdasarkan pengalaman penulis , akhirnya dapat memberikan kesimpulan bahwa membebaskan siswa dalam pemilihan topik pertanyaan yang dikuasai sesuai dengan kemampuan awal adalah sangat baik . Karena akan lebih membuat siswa melakukan kegiatan lebih keras dalam kelompok belajarnya. Siswa akan lebih tergali potensinya secara optimal sehingga hasil diskusi dalam model jigsaw lebih hidup dan bermakna.
Selain itu guru telah menerapkan demokratisasi pembelajaran yang akan menimbulkan belajar lebih merangsang dalam menghasilkan inovasi-inovasi pembelajaran yang berkualitas.