JAKARTA — Heboh, Salah satu platform keuangan digital, Gopay, meluncurkan layanan pembayaran iuran sekolah atau SPP (sumbangan pembinaan pendidikan) via aplikasi tersebut. Lewat layanan ini, orang tua dan wali murid tak perlu repot-repot melakukan pembayaran iuran sekolah secara tunai kepada pihak sekolah. Ke depan, pembayaran SPP bisa dilakukan layaknya membeli pulsa telpon atau listrik via aplikasi Gojek.
Reaksi masyarakat pun beragam. Ada sebagian besar menyambut baik, namun ada juga yang mengkritisi fenomena tersebut.
Wali yang pro Bayar SPP Lewat Gopay
Meski begitu, John menilai kebijakan ini perlu dikritisi. Kendati tujuannya baik, ia melihat ada celah terjadinya konflik kepentingan. Masyarakat, ujarnya, bisa saja punya pandangan miring, terlebih karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim merupakan pendiri Gojek, perusahaan rintisan yang memfasilitasi pembayaran SPP via Gopay.
“Apa pun narasi yang disampaikan, ini tak terlepas dari bargaining dan posisi Nadiem sebagai menteri. Kurang elok saja sepertinya,” ujar John Nedy.
Sama dengan John, Dita Angga seorang wali murid sebuah SMP swasta di Kota Depok, Jawa Barat mengaku tak masalah dengan kebijakan baru ini. Menurutnya, kemudahan pembayaran iuran sekolah via Gopay justru memudahkan. Hanya saja, ia berharap penyedia layanan keuangan digital lainnya, seperti OVO atau Dana, juga dilibatkan pemerintah.
“Aplikasi ini kan memudahkan orang tua. Apalagi zaman berkembang. Hanya ya itu, kalau bisa pilihannya beragam tak hanya Gopay,” kata Dita.
Tidak hanya orang tua dan wali murid saja yang tertarik dengan konsep baru ini, pihak sekolah pun begitu. Kepala Sekolah SMP Bina Insan Mulia Cirebon, Muhammad Rifai, menilai bahwa perkembangan teknologi memang tak bisa dibendung. Menurut Rifai, transaksi nontunai terlebih melalui aplikasi dompet digital memang memudahkan penggunanya.
“Positifnya, ini era 4.0 di mana semuanya cashless. Ya ada bagusnya, toh membantu orang tua dalam pembayaran. Tapi apa harus hanya Gopay saja?”
Ia mendukung pemerintah agar membuka ruang bagi perusahaan rintisan lain untuk bekerja sama dengan sekolah-sekolah. Menurutnya, semakin banyak perusahaan rintisan yang dilibatkan, maka semakin banyak sekolah yang terjangkau, termasuk di pelosok-pelosok. Tapi ia khawatir, transaksi pembayaran nontunai belum begitu populer pedesaan.
“Bisa diaplikasikan untuk seluruh Indonesia atau enggak? Karena wilayah pelosok tak semua pakai Gopay. Kalau di kota-kota besar pasti membantu, tapi kalau di pelosok belum terjangkau pembayaran nontunai seperti ini,” kata Rifai.
Informasi pemanfaatan Gojek untuk pembayaran SPP sekolah dan lain-lain itu diumumkan oleh Senior Vice President Sales Gopay Arno Tse. Ia mengatakan, saat ini ada sekitar 180 lembaga pendidikan seperti pesantren, madrasah, sekolah dan tempat kursus di Indonesia yang telah terdaftar di GoBills.
Menurutnya, perusahaan berupaya melakukan strategi untuk tetap menjadi dompet digital terdepan di Indonesia melalui inovasi dan pengembangan fungsi. Ia mengatakan, Gopay terus meningkatkan loyalitas pengguna dengan selalu menawarkan kemudahan dan kebebasan dalam bertransaksi sebagai uang elektronik yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.