Sejak Bulan Maret 2020 lalu, sebagian besar siswa sekolah di Indonesia melakukan pembelajaran dari rumah atau dikenal dengan Study From Home (SFH) akibat wabah Virus Corona yang melanda Indonesia. Untuk mencegah penyebaran Covid-19 pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengambil kebijakan meniadakan pembelajaran tatap muda di kelas.
Sebagai gantinya para siswa melakukan proses belajar dari rumah melalui media online seperti Whatsapp, Zoom, Microsoft Teams, Google Meet, dan sebagainya. Bukan hanya siswa, para guru pun sebagian menemukan banyak kendala, mereka seperti mengalami keterkejutan budaya. Dari offline ke online. Dari kebiasaan yang cenderung statis ke pola yang lebih dinamis.
Lantas apakah pembelajaran online semacam itu efektif? Lima hal berikut bisa menjadi bahan evaluasi dalam pembelajaran online.
1. Era Industri 4.0 masih jauh panggang dari api.
Di satu sisi, seringkali digembar-gemborkan tentang Indonesia memasuki era industry 4.0, di sisi lain banyak warga yang tidak bisa mengakses internet. Apalagi terdapat pula daerah yang belum teraliri listrik.
Seorang Guru di Madura harus keliling dari satu rumah ke rumah lainnya untuk mengajari siswa belajar. Sejak pelaksanaan SFH, tidak semua muridnya bisa mengakses informasi melalui smartphone.
Kondisi ini di alami sebagian siswa di berbagai pelosok tanah air, sehingga mereka tidak bisa mengikuti pembelajaran secara maksimal. Tidak bisa mengikuti pelajaran apalagi mengerjakan pekerjaan dan mengirimkannya. Smartphone tidak semua siswa punya dan sinyal internet tidak mudah ditemukan.
2. Guru tidak terbiasa dengan Teknologi Informasi
Covid-19 dan SFH telah mengubah budaya offline menjadi online. Ini tidak semua bisa diterima baik oleh para guru. Sehingga dalam pelaksanaannya cukup terganggu dan tidak sesuai dengan tujuan pendidikan dari rumah yang diharapkan.
3. Faktor kedisiplinan
Kemendikbud sebetulnya telah menerapkan pembelajaran dari rumah dan bekerjasama dengan TVRI untuk menyiarkan materi tentang pemebelajaran di sekolah. Namun acara ini tidak dikemas dengan menarik, karena banyak siswa yang tidak mebgikutinya.
4. Butuh peran serta Orang Tua
Peran orang tua sangat penting dalam masa SFH ini karena para siswa tidak selalu menyinak dosen mereka ketika menajar. Maka butuh peran orang tua membimbing dan mengaasi pelaksanaannya.
5. Bosan dan Jenuh
Rasa bosan dan jenuh tentu muncul karena berlama-lama di rumah tanpa ada kegiatan. Rasa bosan ini tentu dapat menurunkan minat belajar dan ada kemungkinan mereka akan mencari alternatif lain dalam mengisi masa SFH.
Itulah lima di antara alasan kenapa pemebelajaran via online bisa jadi tidak efektif. [e]