Pada 3 Februari 1953, ahli kelautan (oseanografer) asal Prancis, Jacques-Yves Cousteau menerbitkan memoar yang menceritakan penjelajahannya di laut lepas. Memoar itu ia beri judul ‘The Silent World’. Dan dianggap sebagai sebuah catatan yang penting pada masa itu.
Jacques-Yves Cousteau lahir di Saint-Andre-de-Cubcaz, Prancis, pada tahun 1910. Ia merupakan Brest Naval School dan bergabung menjadi angkatan laut Prancis. Ia pun lantas melakukan penjelajahan bawah laut ke berbagai penjuru dunia.
Saat melakukan eksplorasi di Samudra Atlantik ia menemukan fenomena aneh. Ia melihat pertemuan arus laut dari Samudra Atlantik dan Laut Mediterania tidak bisa bercampur. Meskipun kedua arus itu bertemu tetapi tidak bisa bersatu. Seperti ada dinding pemisah yang membatasi keduanya.
Karena penasaran ia meneliti fenomena tersebut namun belum menemukan jawaban. Hingga suatu ketika ia menceritakan hal tersebut kepada seorang Profesor Muslim. Sang Profesor kemudian menjelaskan bahwa fenomena tersebut dijelaskan dalam Alquran yang telah diturunkan sejak 14 abad sebelumnya.
Masing-masing dalam Surat Ar-Rahman dan Al Furqan.
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (QS Ar-Rahman:19-20)
“Dan Dialah (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), yang satu tawar dan segar dan yang lainnya asin. Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.” (QS Al Furqan:53).
Jacques-Yves Cousteau terpesona dan merasa kagum. Fenomena yang membuat dirinya penasaran ternyata sudah disebutkan dalam Alquran. Ia pun beranggapan mustahil jika Alquran dibuat oleh Muhammad SAW. sebagaimana tuduhan orang-orang yang membenci Islam.
Karena kekaguman itu Jacques-Yves Cousteau dikabarkan lantas memeluk agama Islam meskipun secara diam-diam. Ia meninggal pada 25 Juni 1997 dan kabarnya dimakamkan di Katedral Notre Dame Paris, sebab banyak orang mengira ia belum masuk Islam.
6 Lokasi Pertemuan Arus Laut yang Tidak Bersatu
Banyak literatur yang menyebutkan bagian bumi yang berupa air lebih banyak ketimbang wilayah daratan. Selain laut, juga ada setidaknya lima samudra yakni Samudra Antartika, Artik, Hindia, Pasifik dan Atlantik.
Beberapa tempat di antaranya menjadi lokasi pertemua dua arus laut yang berbeda dan tidak bisa bersatu. Berikut enam lokasi tersebut.
-
Selat Gibraltar
Selat Gibraltar berada antara Spanyol dan Maroko. Nama Gibraltar berasal dari Jabal Thariq, mengacu pada nama Thariq bin Ziyad yang berhasil membawa 7000 pasukan memasuki Eropa menggunakan kapal pada tahun 711 Masehi.
Selat Gibraltar menjadi pertemuan air dari Samudera Atlantik dan Laut Mediterania. Namun kedua arus laut tersebut tidak bisa bersatu karena arus dari Laut Mediterania yang lebih asin dan berat.
-
Teluk Alaska
Teluk Alaska berada di antara Amerika Serikat dan Kanada. Menjadi lokasi bertemunya air dari Samudera Pasifik dan Laut Bering. Konsentrasi garam terlarut dan kepadatan yang berbeda membuat kedua arus tersebut tidak menyatu.
-
The Glass Window Bridge
Berada di Queen’s Highway, Gregory Town, Central Eleuthera, Bahama. Perbedaan warna yang mencolok menjadikan kedua arus laut di sini mudah diamati. Laut Atlantik berwatna biru pekat. Sedangkan Laut Karibia berwarna hijau.
-
Pantai Grennen
Pantai Grennen terletak di utara kota Skagen, Denmark. Tempat bertemunya Laut Baltik dan Laut Utara. Dikenal dengan arus dan tubulensinya yang kuat sehingga berbahaya bagi perenang dan navigasi.
-
Tanjung Reingga
Tanjung Reingga berlokasi di Selandia Baru. Lokasi bertemunya air dari Laut Tasman dan Samudera Pasifik. Meskipun bertemu keduanya tidak menyatu.
-
Prasspnissi Yunani
Berlokasi di Negara Yunani. Merupakan tempat pertemuan Laut Levante dan Laut Aegean. Meskipun bertemu keduanya juga tidak bisa menyatu.
Itulah enam lokasi di dunia yang menjadi pertemuan dua arus laut namun tidak bisa saling bercampur menyatu. Menjadi bukti kesahihan isi dari Alquran yang tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Bacaan :
Republika.co.id
https://jogja.tribunnews.com/