Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu
Menjadi seorang pendidik yang riang gembira,santun,baik,dan ramah namun tepat serta serius dalam pengajaran merupakan tipe seorang pendidik yang sangat diidam-idamankan peserta didik masa sekarang. Banyak peserta didik yang sudah kita tahu pada umumnya tertekan bukan pada pelajarannya melainkan pada pendidik yang bisa kita katakan guru.Keluhan demi keluhan menjadi sebab terhalangnya motivasi keinginan mencapai yang lebih baik lagi yaitu paham pelajarannya dan mudah dimengerti.
Namun untuk membuat mengerti pada pelajaran yang diberikan oleh guru terkadang peserta didik (baca : murid) mengkarenakan paksaan atau keterpaksaan agar tidak mendapat nilai yang buruk atau agar naik kelas dan sebagainya.
Jika kita sadari dan renungkan pada diri pribadi ,hal seperti ini bukanlah tujuan kita sebagai guru bagi mereka melainkan menjadi “orang tua tiri” bagi mereka yang membuat mereka terus merasa takut,khawatir akan tingkah laku,sikap dan pemikiran yang bertentangan dengan guru mereka.
Oleh karena itu,perlunya kita dalam bersikap berinteraksi sosial dengan murid kita, menjadikan diri kita sebagai bahan contoh yang dapat ditiru dan disenangi sehingga dalam pemberian materi pelajaran pun tidak membuat diri menjadi tertekan namun terbuka,bebas namun terarah yaitu mengerti apa yang disampaikan oleh guru ,menjadikan guru bukanlah orang tua tiri yang jahat namun sebagai hakekat kita sebagai orang tua kedua bagi mereka yang memberikan materi pelajaran lewat kasih sayang,cinta yang tulus dalam hati kita untuk mereka.
Tentunya hal ini pun kembali kepada tujuan hidup kita sebagai “hamba” ialah menjadikan diri kita berguna di dunia dan dapat memanfaatkan segala isi dunia ini pada mestinya, menempatkan diri pada posisinya. Itulah kita ,khalifah(pemimpin) dalam hidup di dunia yang sementara ini.
Lantas,bagaimana menjadi seorang guru yang menjadi idola bagi mereka?. Tentunya kembali kepada kita dan pastinya kita sudah tahu sejak awal yaitu berakhlak baik dan berupaya melakukan semua hal yang bersifat baik-baik saja.
Contohnya saja,kita mengajar di kelas 5 di sebuah SD yang rata-rata anaknya sangat nakal. Barangkali sebagian dari kita akan menyikapinya dengan kekerasan. Jawabnya : “TIDAK !” Tak perlu dengan kekerasan, semua itu tidak akan ada gunanya melainkan akan berbekas pada mereka menjadikan diri kita bukan sebagai idola melainkan menjadi sebuah kenangan pahit buat mereka. Lantas bagaimana menyikapinya ???
- Lakukanlah karena Allah
Maaf sebelumnya, namun hal ini sangatlah penting bagi kita. Karena dengan melakukan karena-Nya membuat diri kita tidak terbebani dengan hal dunia baik harta,tahta maupun jabatan,dll melainkan karena amal dan upaya kita untuk selalu dekat kepada-Nya. Sehingga hal ini akan memberikan dorongan positif pada kita untuk selalu melakukan hal positif dan selalu karena-Nya - Sabar
Sabar adalah upaya mengatasi suatu masalah dengan ketenangan .Dalam upaya sabar inilah menuntut murid agar mengerti akan pribadi gurunya yakni guru yang bersifat sabar. Walaupun tidak seluruh dapat dipahami oleh murid namun pastinya lambat laun mereka akan sadar bahwa mereka tidaklah boleh melakukan hal tersebut melihat gurunya yang sabar untuk mereka. - Beri pertanyaan
Seringkali kita membuat peraturan sendiri yang terkadang murid merasa tidak cocok dan melanggarnya dengan alasan bermacam-macam. Untuk itu, perlunya interaksi kita kepada mereka dengan cara membuat kesepakatan bersama. Setiap pertanyaan yang kita berikan kita arahkan berdasarkan persetujuan mereka. Sebagai contoh,: “Anak-anak, bapak mau nanya. Menurut kalian , apa yang dimaksud dengan nakal ?”. Kemudian kita lanjutkan, “Menurut kalian,apa nakal itu dibenci oleh Tuhan kita ?”.Dilanjutkan,: ” Nah,anak-anak kalau misalnya ada teman kita yang anak enaknya kasih hukuman apa ya..?” .
Contoh di atas secara berkelanjutan sebagai proses membentuk pola pikir murid hingga kita menanyakan akan setuju atau tidak dalam menerapkan aturan guna mencapai kenyamanan dalam belajar serta interaksi dalam belajar. - Menanamkan sifat agama
Setiap guru pada umumnya mengajar murid dengan pola yang hanya bersifat duniawi saja, sedangkan hal yang bersifat agama ditiadakan. Padahal menurut cara berkembang mental manusia pada murid, penanaman sifat ketaatan (tunduk dan patuh) merupakan salah satu cara yang sangat efesien dimana penanamannya dapat bersifat nasehat, cerita, biografi maupun pantun yang merangsang pengetahuan murid dalam hal agama dan sebagai motivasi belajar murid agar lebih giat lagi dalam belajar. - Menjadi contoh tauladan untuk murid
Karakter yang sangat ditekankan pada guru sebagai tuntutan manusiawi ialah memperoleh contoh riil(nyata) yang membuat murid mengetahui secara jelas dan dapat mencontoh serta beralasan “Karena”. Sebagai contoh, Ibu Dina adalah guru yang baik hatinya dan manis tutur katanya. Ini merupakan sebuah bukti ungkapan nyata dari murid terhadap perilaku nyata pada ibu Dina. Sangatlah perlu anggapan ini sehingga membuat murid menjadi kagum dan dekat kepada guru serta termotivasi baik sadar maupun tanpa sadar dalam mencontoh sifat guru yang terpuji tersebut.Dari beberapa yang disebutkan di atas menjadi kriteria seorang guru sebagai orang tua kedua bagi murid yang memiliki akhlak yang baik yang mengajarkan mereka baik ilmu dunia maupun akhirat secara bertahap guna menjadi anak penerus bangsa yang berkualitas baik dalam segi ilmu maupun moral.Semoga bermanfaat dan tetap semangat !!!Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu
@IslamIkhlasIndah