Seorang petani, Dika Andi Purnomo dari Kecamatan Turi Kabupaten Sleman berhasil membuat pupuk dari air hujan. Pupuk yang diberi nama Kalpataru itu telah diujicoba di lahan pertanian, dan terbukti memberi efek positif ke tanaman yang ada. Dika mengaku temuannya itu terinspirasi dari ayat Al Quran, khususnya dalam Surat Al-An’am ayat 99.
“Dan Dia lah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam-macam tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuhan-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan tanaman yang menghijau itu butir yang banyak dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai dan kebun-kebun anggur dan Kami keluarkan pula zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan perhatikan pulalah kematangannya. Sesungguhnya pada demikian itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al-An’am [6] : 99).
Ia merasa heran, ketika tiba musim hujan, rerumputan yang semula kering dengan lekas menjadi hijau subur. Lantas ia bereksperimen mencampur air hujan dengan beberapa bahan yang selama ini dikenal sebagai bahan pupuk organik. Ujicobanya membuahkan hasil dan kini dengan Pupuk Kalpataru biaya produksi bisa ditekan karena tidak perlu pupuk kimia dan pestisida.
Jika direnungkan, ayat-ayat di dalam Al Quran merupakan petunjuk nyata bagi orang yang beriman dan berfikir. Allah menegaskan bahwa segala sesuatu yang hidup berasal dari air. “…Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air…” (Al Anbiya’ [21]: 30). Di antara sumber air yang sangat dibutuhkan manusia berasal dari hujan, yang merupakan berkah. “Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen.” (Qaf [50] : 9). Hujan dengan atas izin Allah juga menjadikan bumi yang mati menjadi subur, “…Kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus)…” (Qaf [50]: 11).
Bedoa Mohon Turun Hujan
Tetapi ada kalanya hujan yang dinantikan tidak kunjung tiba. Suatu ketika Madinah dilanda kemarau berkepanjangan, pepohonan memerah hewan-hewan banyak yang mati. Maka penduduk Madinah mengadukan kondisi ini kepada Rasulullah. Pada suatu jumat, pada saat khutbah Jumat orang-orang berdiri dan berseru meminta Rasulullah berdoa agar turun hujan. Kemudian Rasulullah berdoa, “Ya Allah, berilah kami air hujan.” Doa tersebut diulang sebanyak dua kali.
Hujan kemudian turun dengan lebat, bahkan hingga hari jumat berikutnya. Maka ketika Rasulullah berkhutbah penduduk Madinah melaporkan, “Rumah-rumah telah hancur, jalan-jalan terputus, berdo’alah kepada Allah agar menahan hujan dari kami!” Nabi SAW., lalu tersenyum seraya berdoa: “Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami saja dan jangan membahayakan kami.” Maka Madinah menjadi terang kembali dan hujan hanya turun di sekitarnya, bahkan tidak ada hujan setetespun di Madinah. Kemudian aku melihat langit Madinah, dan nampak hujan hanya turun disekitarnya.”
Jika terjadi kemarau panjang, selain diperintahkan untuk Shalat Istisqa, kita juga dianjurkan untuk bertaubat, memperbanyak istighfar. “Maka aku berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu.” (Nuh [71] : 10-11)
Maka kehadiran hujan harus disyukuri. Airnya dikelola dengan baik, untuk pengairan dan kemanfaatan lainnya. Pada saat hujan kita juga diperintahkan untuk berdoa karena menjadi satu di antara waktu yang mustajab untuk berdoa. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari disebutkan, ”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” (Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat).” Wallahu a’lam bi shawwab.