Pemanfaatan media sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di dalam kelas oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar proses transformasi pengetahuan dapat dengan mudah dilakukan guru dan mudah diterima oleh siswa. Hal ini tentu menuntut kreatifitas guru dalam merancang suatu media yang cocok dengan materi yang akan diajarkan. Guru yang kreatif tentu pemanfaatan media dalam proses pembelajaran yang dilakukan, tidak tergantung oleh tersedia tidaknya media yang dibutuhkan tersebut di sekolah.
A. Kenyataan di Sekolah
Hampir semua guru, jika ditanya tentang pentingnya pemanfaatan media dalam proses pembelajaran, akan menjawab sama, yakni penting atau sangat penting. Namun, kenyataan di sekolah masih sedikit dari guru yang memanfaatkan media tersebut. Pemanfaatan media banyak dilakukan guru hanya pada mata pelajaran tertentu saja, seperti ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Media yang digunakan pun karena kebetulan disiapkan atau sudah tersedia di sekolah. Bahkan tidak sedikit sekolah yang membiarkan media pembelajaran yang ada hanya menjadi pajangan. Alasannya beragam, mulai dari kesulitan memilih media yang cocok dengan materi, sampai pada sudah terlalu banyaknya media yang disediakan pemerintah di sekolah.
Masih dimanfaatkannya media tentu cukup bagus, namun harus pula ada progress peningkatan pemanfaatan media oleh guru. Pemanfaatan media tidak hanya pada mata pelajaran tertentu dan juga tidak hanya terbatas pada materi-materi ajar yang telah tersedia medianya di sekolah. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, media yang disiapkan di sekolah masih terbatas pada materi yang ada di SD kelas rendah (Kelas I, II, dan III), terutama pada materi belajar membaca. Sangat sulit menemukan media untuk materi pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas tinggi (kelas IV, V, dan VI). Oleh karena itu, guru yang mengajar di kelas tinggi sangat dituntut untuk menyiasati permasalahan media yang tidak tersedia dengan berusaha merancang media hasil kreatifitas sendiri.
B. Media Mekameka (Mencari Kata Menyusun Kalimat)
Menyusun kata menjadi sebuah kalimat adalah materi umum dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas tinggi. Secara konvensional, guru sering memulai dengan mengacak kata-kata yang ada dalam sebuah kalimat, selanjutnya menugaskan siswa untuk menyusun kembali menjadi kalimat yang benar. Cara ini juga dituntunkan dalam beberapa buku paket dan sangat sering muncul dalam soal semester atau ujian.
Kelemahan yang sangat jelas pada cara yang konvensional di atas adalah bahwa siswa kurang kreatif membuat kalimat dikarenakan kalimat yang harus dibuat adalah merupakan kalimat jadi yang hanya sekadar diacak kata-kata yang membentuknya. Sampai di sini tentu tak ada permasalahan yang terlihat jika guru hanya berpatokan kesanggupan siswa menyusun kata-kata acak tadi menjadi kalimat, apalagi jika hanya didasarkan kesanggupan siswa menjawab soal menyusun kata acak menjadi kalimat. Namun, persoalan akan muncul jika siswa diperhadapkan dengan beberapa kata acak yang tidak berasal dari kalimat jadi.
Media yang disebut Mekameka singkatan dari Mencari Kata Menyusun Kalimat dapat menjadi solusinya. Mekameka dibuat dari karton, bisa marmar atau dupleks, namun disarankan karton dupleks karena tebal dan masih bisa digulung. Karton dupleks bisa dibagi empat sama besar, selanjutnya dibuat garis horizontal dan vertical sehingga terbentuk 100 kotak. Setiap kotak diisi dengan sebuah kata dengan jumlah 90 kata. Sepuluh kotak yang tidak terisi dijadikan bantuan pada saat mekameka digunakan.
C. Pemanfaatan dan Hasil Mekameka
Mekameka dapat dijadikan media pembelajaran sekaligus alat permainan dan perlombaan sehingga dapat dikatakan three in one. 90 kata yang tersedia akan dipilih oleh siswa dengan melempar dadu seperti layaknya permainan monopoli. Siswa akan menulis kata yang dipilihnya dan apabila siswa memilih kotak yang kosong, maka kesempatan untuk memilih kata sendiri. Setelah siswa dan lawan mainnya memilih beberapa kata dan merasa telah dapat menyusunnya menjadi kalimat, maka siswa membuat kalimat yang memanfaatkan sebanyak-banyaknya kata yang telah dipilihnya.
Siapa yang paling benar kalimatnya dan paling banyak memanfaatkan kata yang telah dipilihnya, maka dialah yang menjadi pemenangnya. Kondisi inilah yang dapat menjadikan kelas menjadi hidup dan bergairah. Proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik sementara siswa bermain dan berkompetisi. Mekameka dalam aplikasinya dapat bermain individu maupun kelompok, sehingga dengan satu karton dupleks saja dapat menghasilkan 4 buah mekameka sehingga dapat merangkum semua siswa untuk bermain dan berkompetisi.
Mekameka membuat siswa kreatif menemukan kata-kata yang dapat dijadikan kalimat. Siswa belajar dengan ceria karena mengandung unsur permainan dan kompetisi. Selain itu, mekameka dapat dimanfaatkan di luar kelas bahkan dipinjamkan siswa ke rumah untuk dijadikan sarana bermain yang mendidik dan kreatif.