KBM Pendidikan di Wamena Belum 100%, Mendikbud : Ini Masalahnya

pendidikan di wamena

Jakartaguru.or.id– Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menjelaskan kegiatan belajar mengajar di Wamena telah belajar meski belum berjalan 100%. Ia membeberkan ada dua permasalahan kegiatan belajar-mengajar di Wamena, Papua.

“Pendidikan di Wamena berjalan, walaupun belum 100%. Di sana itu ada dua masalah. Satu, itu ada siswa yang berstatus mengungsi dari Nduga, mereka sedang belajar di Wamena,” tutur Muhadjir kepada wartawan di Lagoon Resto Hotel Sultan, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (13/10/2019).

Kedua, dengan adanya kerusuhan kemarin, yang siswa di Wamena banyak juga yang mengungsi, termasuk yang dari Nduga ikut mengungsi juga,” tambahnya.

Muhadjir mengatakan penyelesaiannya akan menyeluruh. Ia mencontohkan untuk sekarang ini solusi yang diberikan dengan menampung para siswa di sekolah yang dekat dengan pengungsian.

“Oleh sebab itu penyelesaiannya itu harus kita menyeluruh, kemudian kita petakan satu persatu masalahnya, kita cari solusi. Contoh apa yang sekarang sedang kita tangani adalah banyak siswa yang belum kembali ke sekolah karena ikut keluarganya mengungsi, dan itu saya sudah minta ke seluruh daerah provinsi, kabupaten, kota, agar sekolah terdekat dari tempat orang tua yang mengungsi dari Wamena kalau mereka punya anak yang berstatus siswa supaya ditampung,” ujarnya.

“agar sekolah dulu, soal nanti administrasi belakangan, yang penting mereka harus segera sekolah,” Imbunya.

Belum sepenuhnya kegiatan belajar mengajar di Wamena, dikatakan Muhadjir, juga sebab adanya guru yang masih trauma. Menurutnya, para guru yang trauma harus diberikan trauma healing terlebih dahulu sebelum memulai mengajar kembali.

“Kemarin ada pun yang di Wamena itu tidak ada masalah karena sekarang mereka sudah mengikuti proses kegiatan belajar mengajar tapi memang belum bisa 100%. Sebab ada guru yang mengungsi, ada guru yang sebenarnya tidak mengungsi tapi trauma untuk kembali ke sekolah. Maka itu harus ditangani secara khusus, harus ada trauma konseling untuk siswa maupun untuk para guru,” ucapnya.

kaitan ada atau tidaknya penambah jumlah guru dari luar untuk mengajar di Wamena, Muhadjir belum ada rencana. Ia memutuskan guru yang masih bisa mengajar untuk merangkap hingga ada keputusan yang menyeluruh.

“Belum ada rencana penambahan untuk menambah tenaga pengajar dari luar. Sebab untuk sementara kalau memang ada yang bisa dirangkap oleh guru yang ada, saya minta untuk dirangkap dulu oleh guru yang ada, sambil akan kita pelajari secara utuh dulu, baru kita ambil keputusan,” ujar Muhadjir.

Muhadjir akan berangkat menuju Wamena pada Senin (14/10). Kunjungannya ke Wamena dalam rangka mengecek kondisi sekolah dan memberikan bantuan.

“Insyaallah besok akan berangkat ke Wamena, terus langsung ke Nduga juga untuk melihat kondisi sekolah-sekolah di sana sambil memberi bantuan,” kata Muhadjir.

Muhadjir mengatakan sebelumnya telah berencana akan ke Wamena, namun batal karena berangkat pada saat kerusuhan pecah di Wamena, Papua. Ia sudah sempat memberikan bantuan ke Wamena.

“Kita sudah mengirim bantuan sebelum terjadinya kerusuhan (Wamena). Sebab waktu kerusuhan terjadi, saya posisinya ada di Jayapura terus langsung mau ke Wamena, namun ternyata pesawatnya tidak jadi berangkat, sebab pesawat yang ada di Wamena pun diminta segera meninggalkan bandara yang ada di Wamena,” jelasnya.

Mengenai kerusakan sekolah di Wamena, Muhadjir mengatakan tidak parah. Rencana keberangkatannya ke sana juga untuk memastikan ada atau tidaknya kerusakan yang parah sehingga perlu bantuan dari pemerintah pusat.