Memahami individu siswa menjadi satu di antara kunci sukses seorang guru untuk mengembangkan bakat dan potensi siswa. Ibarat seorang petani yang akan mengolah ladang, ia sudah mengetahui kondisi tanah yang akan ia tanami. Ketersediaan unsur hara, tingkat PH tanah, kecukupan sinar matahari, ketersediaan air dan sebagainya. Semua itu akan mendukung dalam proses pengolahan ladang dan penetuan komoditas pertanian yang akan ditanam.
Dalam pembelajaran kepada siswa tentu akan lebih rumit lagi rumusannya, karena seorang siswa merupakan individu yang lebih kompleks ketimbang benda mati. Maka guru harus menggunakan panca indera dan hati dalam memahami kondisi individu siswa.
Metode home visit menjadi pilihan sebagian guru untuk memahami individu peserta didiknya. Meskipun demikian metode ini memiliki kelebihan sekaligus kekurangan sehingga guru perlu melakukan telaah dengan cermat sebelum mengambil kesimpulan.
Di antara kelebihan dari metode home visit antara lain:
Pertama, mendapatkan gambaran lebih utuh tentang kehidupan dan keseharian siswa di lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial sekitarnya.
Sehingga kita bisa memiliki wawasan yang lebih luas dalam memahami individu dan perilakunya ketika di sekolah. Secara tidak langsung, kita juga akan memperoleh data mengenai latar belakang sosial, ekonomi, bahkan mungkin tingkat relijiusitas dalam keluarga siswa tersebut.
Kedua, home visit memiliki kelebihan karena guru bisa berinteraksi langsung dengan orang tua siswa. Menggali informasi sekaligus mengukur tingkat komitemen mereka terhadap pendidikan anak mereka. Sehingga memungkinkan adanya sinergi yang dibutuhkan untuk mendukung kemajuan siswa.
Orang tua bisa diajak secara aktif memantau perkembangan siswa. Sehingga orang tua memiliki pemahaman bahwa pendidikan bukan hanya tugas guru, pemerintah atau pihak sekolah saja, melainkan butuh partisipasi dari masyarakat terutama keluarga.
Ketiga, membuka komunikasi dan menjalin kerjasama antara orang tua dengan pihak sekolah. Tanpa adanya interaksi langsung, kondisi semacam ini mungkin tidak akan terealisasi, sebab interaksi yang intens jarang terwujud ketika pertemuan di sekolah.
Keempat, memecahkan persoalan dan hambatan yang dihadapi siswa secara lebih komprehensif. Guru akan mendapatkan informasi tentang kondisi belajar siswa selama di rumah. Sehingga memiliki solusi yang bisa ditawarkan kepada orang tua siswa.
Kelima, home visit bisa memangkas jarak emosional antara guru dan orang tua siswa. Melemparkan tanggungjawab, seringkali terjadi antara guru dan orang tua siswa. Ketika ada persoalan terhadap siswa masing-masing pihak tidak mau disalahkan. Ini sangat mungkin karena ikatan emosional antara guru dan orang tua siswa yang berjarak. Maka dengan home visit akan terjalin silaturahmi dan merekatkan kekerabatan.
Meskipun begitu, metode memahami individu dengan cara home visit tidak luput dari kelemahan, di antaranya :
Pertama, dari segi sumber daya, metode ini memerlukan waktu, biaya, dan tenaga yang lebih banyak ketimbang metode lain.
Bayangkan, jika satu orang guru menjadi wali kelas dan mengajar 30 orang siswa. Maka ia harus melakukan home visit minimal 30 kali. Jika di daerah pedesaan yang berdekatan, ini tentu masih mungkin dijangkau. Tetapi jika itu di daerah perkotaan dan rumahnya saling berjauhan tentu akan menyulitkan. Apalagi di daerah pelosok dan tidak ada transportasi yang memadai.
Kedua, home visit melibatkan peran kedua belah pihak. Kesediaan guru dan kesediaan orang tua untuk menerima. Karena sangat mungkin ada orang tua siswa yang enggan untuk dikunjungi. Entah karena kesibukan mereka atau faktor lain, seperti alasan privasi.
Ketiga, tetap terdapat peluang sebagian informasi penting tidak diberikan orang tua siswa. Karena karakter personal yang berbeda-beda. Adakalanya metode home visit terkendala karena orang tua sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan guru.
Jika kondisi semacam ini tentu, informasi penting yang diharapkan justru tidak bisa didapatkan.
Terlepas dari kekurangan yang ada, penerimaan home visit bisa menjadi metode yang digunakan untuk memahami individu siswa, dengan demikian guru bisa melakukan pola pembelajaran yang tepat dan efektif. [e]