Lima Kunci Sukses Jepang Maju dalam Bidang Pendidikan

Jepang berhasil bangkit dari keterpurukan pasca bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki dengan bertumpu pada pendidikan.

Pesawat B-29 dengan nama Enola Gay menjatuhkan bom atom ke Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Dalam peristiwa tersebut setidaknya 140.000 orang tewas, dan menghancurkan sedikitnya 60% bangunan yang ada di Hiroshima.

Tiga hari setelahnya, 9 Agustus 1945, bom atom kembali menerjang Jepang, kali ini yang menjadi sasaran adalah Nagasaki. Dua bom tersebut membuat Jepang mengaku kalah tanpa syarat kepada Amerika Serikat dan sekutu.

 

Selang beberapa waktu, Kaisar Hirohito mengumpulkan para jenderal yang tersisa. Kepada mereka, Kaisar menanyakan berapa jumlah guru yang masih hidup. Pertanyaan yang membuat para jenderal bingung. Mereka merasa masih bisa melindungi Kaisar, mengapa justru jumlah guru yang ditanyakan?

Rupanya Kaisar punya pemikiran visioner. Menurutnya Jepang telah kalah. Dan kekalahan itu karena Jepang kalah dalam belajar. Sehingga tidak mampu mendeteksi ada bom yang bisa dibuat sedahsyat itu. Maka bagi Kaisar Hirohito, kekuatan militer dan pasukan Jepang, tidak akan mampu menandingi jika perang terus dilanjutkan.

Ia ingin membangun kembali Jepang, dengan membuat rakyat Jepang maju melalui pendidikan. Dan kini, setelah 75 tahun, Jepang telah membuktikan diri sebagai Negara maju dengan beragam keunggulan dalam bidang teknologi.

Tidak sedikit pelajar dan mahasiswa Indonesia yang kini mencari ilmu di Jepang. Karena Jepang dipandang sebagai Negara dengan pendidikan yang lebih maju ketimbang Negara lain.

 

Kunci Sukses Jepang dalam Pendidikan

Melalui pendidikan, Jepang telah membuktikan diri mampu bangkit dan mengejar ketertinggalan mereka usai kalah dalam Perang Dunia II. Mereka mampu menguasai berbagai sektor teknologi. Meskipun demikian, orang Jepang tetap dikenal teguh dalam memegang budaya nenek moyang mereka.

Lantas apa kunci sukses Jepang dalam membangun pendidikan?

Pertama, Jepang sangat menghargai guru. Masyarakat Jepang menempatkan guru sebagai profesi terhormat. Demikian juga pemerintah Jepang. Para guru mendapatkan kesejahteraan yang layak, bahkan tidak jarang memperoleh bonus.

Meskipun demikian, untuk menjaga kualitas pendidikan. Jepang menerapkan seleksi ketat untuk menjadi guru. Demikian juga, secara berkala dilakukan sejumlah evaluasi sehingga kompetensi guru terus terjaga.

Kedua, memulai tahun ajaran baru pada musim semi. Pada waktu inilah yang paling ditunggu-tunggu, musim yang sangat menggemberikan sehingga siswa di Jepang pun antusias untuk belajar di sekolah. Inilah yang sangat mungkin membuat kondisi psikologis para siswa di Jepang bisa belajar dengan nyaman dan bersemangat.

Ketiga, mengedepankan etika. Etika atau adab menjadi prioritas dalam pendidikan di Jepang. Pola hidup tertib, jujur, menjaga kebersihan dan lainnya, menjadi karakter yang dimiliki siswa. Terbukti dengan etika yang baik, para siswa bisa mendapatkan ilmu bermanfaat dan membangun interaksi dengan orang lain secara lebih baik. Hal ini juga akan bermanfaat ketika kelak mereka bekerja.

Keempat, menerapkan disiplin dan bertanggungjawab. Bagi masyarakat Jepang, istilah time is money betul-betul diaktualisasikan. Sehingga mereka tidak ingin terlambat atau melewatkan waktu percuma. Bahkan dalam sebuah penelitian, rata-rata keterlambatan di Jepang tidak sampai 1 menit dalam setahun.

Begitupun dalam tanggungjawab, para siswa diajari untuk memiliki tanggungjawab. Bahkan untuk urusan kebersihan sekolah, menjadi tanggungjawab siswa bukan cleaning service.

Kelima, budaya sebagai tumpuan. Budaya ditempatkan dalam posisi semestinya. Tidak hanya sebagai obyek kajian dalam pendidikan. Melainkan menjadi ruh dalam keseharian. Budaya-budaya yang baik diterapkan masyarakat Jepang dalam keseharian. Termasuk, peran ibu dalam masyarakat Jepang yang sangat penting untuk memajukan pendidikan putra-putrinya.

Kualitas pendidikan membuat orang Jepang cerdas dan berpikiran maju. Kini mereka membuktikan diri menjadi Negara makmur meskipun tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah.