BOGOR -guru.or.id- Berasal dari keluarga yang sederhana, tidaklah menjadi penghambat untuk dapat menempuh pendidikan tinggi di universitas. Hal ini dibuktikan oleh mahasiswa IPB University, Eka Setiawan dari Program Studi Biologi Tumbuhan.
Ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi S2 sekaligus S3 setelah lulus sarjana di IPB University. Ia berhasil mendapatkan beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dengan promotor Prof Dr Tatik Chikmawati.
Ia memiliki ayah yang bekerja sebagai tukang bubur di daerah Parungbingung, Depok, Jabar. Sedangkan ibunya mengajar ngaji Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) di kampung, Kuningan, Jabar.
“Sejak kecil saya sudah ikut ayah yang ketika itu berjualan di daerah Bantargebang Bekasi, kemudian pindah ke daerah Cakung, Jakarta Timur sampai saya berusia lima atau enam tahun. Masih teringat jelas, saat itu dus karton atau bangku panjang yang lebarnya kurang dari 50 cm menjadi kasur yang nyaman untuk kami tidur,” tutur Eka dalam rilis IPB yang diterima Republika.co.id, Selasa (20/8/2019).
Waktu di kampus, Eka menceritakan kegemarannya mengamati tumbuhan sehingga tertarik untuk mempelajari keanekaragaman tumbuhan lebih dalam lagi. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan besar dalam benaknya, mengapa di negara Indonesia dengan keanekaragaman tumbuhannya yang tinggi ini baru sedikit yang fokus mempelajari keanekaragaman tumbuhan apalagi di pulau Jawa yang masih memiliki hutan yang bagus namun baru sedikit dieksplorasi.
“Adanya Ketertarikan saya pada bidang keanekaragaman tumbuhan membuat saya memutuskan lanjut kuliah. Setelah lulus sarjana, saya mendapatkan tawaran dari beberapa bank dan perusahaan asuransi tapi alhamdulillah saya dapat beasiswa PMDSU Kampus. Bidang yang ditawarkan oleh Prof Tatik juga sesuai dengan apa yang ingin saya pelajari lebih dalam yaitu keanekaragaman tumbuhan,” tambahnya.
Pada masa-masa perantauannya, orang tuanya selalu berpesan agar tidak pernah meninggalkan shalat bahkan dalam kondisi sesibuk apapun.
“Ayah dan ibu selalu menyemangati saya dan mendoakan saya agar selalu diberi kelancaran dan terus diberikan kesehatan selama studi. Walau dari berjualan bubur mendapat uang yang pas-pasan, namun ayah selalu mengusahakan segalanya untuk kebutuhan anak-anaknya,” ujarnya.
Eka menambahkan, “Dari perjalanan hidup ini saya belajar bahwa Allah tidak akan membebani melebihi batas kemampuan kita. Kerjakan terus yang ada, toh nanti juga bakal selesai. Tak perlu khawatir terhadap keadaan apapun, dari mana asalnya dan siapa kita, karena rezeki setiap orang tidak akan pernah tertukar.”