Melatih Anak Disiplin Tanpa Teriakan

Melatih kedisiplinan anak bukan sesuatu yang mudah, tetapi juga bukan merupakan sesuatu yang mustahil. Menurut pakar pendidikan dan parenting, Ayah Edy, ada kesalahan dalam cara pandang kedisiplinan.

Ketika menyebut kata disiplin, orang umumnya mengidentifikasikan dengan suara yang keras. Di masyarakat bisa dilihat disiplin dilatih dengan ‘perploncoan’, orientasi mahasiswa baru, masa orientasi siswa baru dan sebagainya.

pixabay.com

Padahal disiplin secara umum, termasuk dalam pola pengasuhan anak tidak identik dengan teriakan dan kekerasa. Ayah Edy mengungkap, disiplin sebetulnya lebih mengarah kepada komitmen (kesepakatan), ketepatan waktu, dan ketegasan namun bukan kekerasan. Tegas yang dimaksud merupakan melakukan kesepakatan tanpa kompromi, meskipun tidak memakai kekerasan, atau dengan kemarahan.

Proses pendisiplinan anak tidak selalu harus membuat anak menangis. Ketika anak menangis, ada sesuatu ‘kehancuran’ yang terjadi dalam diri seorang anak dan perlu membangunnya kembali.

Tetapi ketika anak dididik dengan senyuman, maka ada sesuatu baru yang tumbuh dalam diri mereka.

Melatih Disiplin, Membangun Karakter

Disiplin merupakan bagian dari karakter (attitude) dan menjadi modal dalam meraih kesuksesan. Orang yang disiplin akan mudah untuk mengelola waktu, serta komitmen pada janji dan kesepakatan. Sehingga antara ucapan dan tindakannya bisa selaras.
Termasuk ketika membuat agenda untuk dirinya sendiri, mereka akan menepati agenda yang sudah dibuat.

Disiplin juga berkaitan dengan hubungan dengan orang lain. Misal, ketika memiliki agenda pertemuan dengan orang lain, seseorang telah datang dengan tepat waktu tetapi yang ditunggu tidak menepati waktu maka ada dua pilihan apakah akan ditinggal atau diberi toleransi.

Jika ditinggal, maka ini wujud dari ketegasan. Meskipun tentu memiliki dampak positif maupun negatif.
Jika ditunggu dan diberi toleransi, maka ini wujud fleksibilitas dan mempunyai sisi positif maupun negatif. Maka perlu pertimbangan matang untuk memilih di antara keduanya.

Untuk membiasakan anak disiplin bisa dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

1. Membangun kebiasaan tepat waktu. Orang tua bisa mencontohkan kedisiplinan dengan selalu menjalankan kegiatan dengan tepat waktu

atau sesuai agenda yang sudah ditetapkan. Anak akan meniru ketepatan waktu yang dilakukan orang tua mereka.
2. Membangun kesepakatan dengan anak-anak. Agar anak lebih mudah memahami bisa dituliskan dalam agenda dengan detail: bentuk kesepakatan, kapan berlaku, termasuk reward dan punishment yang akan diperoleh dari kesepakatan yang ada.

3. Menegakkan ketegasan, dalam melatih kedisiplinan anak, unsur fleksibilitas harus diabaikan. Ketegasan harus dijalankan meskipun anak berusaha melakukan tawaran. Menangis, marah dan sebagainya.

4. Ketegasan dalam menjalankan kesepakatan tidak harus selalu dengan teriakan dan kemarahan. Karena jika orang tua sering berteriak, maka anak-anak kemungkinan juga akan mengikuti kebiasaan tersebut.

Dengan membiasakan anak disiplin sejak kecil maka karakter tersebut akan tertanam kuat dalam diri mereka. Sehingga ketika mereka berada di lingkungan lain dapat menjalankan sikap disiplin dan tidak mudah terpengaruh dari lingkungan di sekitarnya. [e]