Seorang ibu memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Dalam Islam, ibu dikenal sebagai sekolah pertama. Dalam syair disebutkan ibu adalah madrasah, jika disiapkan dengan baik maka akan mempersiapkan satu generasi dengan baik.
Dalam sejarah, untuk merusak satu peradaban akan dirusak perempuan terlebih dahulu. Jika perempuan banyak yang rusak maka generasi selanjutnya akan rusak. Perempuan merupakan batu bata pertama dalam sebuah peradaban.
Menurut Ustadz Budi Anshary, Lc., dalam sejarah Islam telah dibuktikan ketika perempuan memerankan ibu dengan baik maka generasi yang terbangun akan baik. Dalam Al Quran disebutkan kisah-kisah perempuan, seperti Maryam, Hajar, Ibunda Musa, Kakak Nabi Musa, Istri Fir’aun, Ratu Negeri Saba’, perempuan dalam Kisah Nabi Yusuf, istri Abu Lahab, istri Nabi Nuh, istri Nabi Luth, dan sebagainya.
Ketika peradaban Islam berkembang, maka ia akan ikut membangun bukan merusak. Selama seribu tahun ketika kejayaan Islam, maka dunia memperoleh manfaat dalam berbagai bidang. Tetapi sayang, fase 1000 tahun ini dihilangkan dalam pelajaran di berbagai cabang ilmu pengetahuan, termasuk dalam pelajaran sejarah.
Umumnya yang dipelajari adalah zama Yunani dan Romawi kemudian ke era kebangkitan era industry Eropa. Padahal selama 1000 tahun Islam memberikan kontribusi kepada dunia dengan melahirkan ilmuwan dan penemuan-penemuan penting.
Perempuan Kunci Pembangunan Peradaban
Al Quran menceritakan kiprah perempuan dalam peradaban. Perempuan memiliki setidaknya empat tugas, yakni tugas pribadi, tugas sosial, tugas sebagai istri dan tugas sebagai ibu. Dalam kisah perempuan yang berperilaku baik dalam Al Quran, mereka paling dominan memerankan kiprah sebagai istri. Sedangkan yang paling sedikit adalah kiprah perempuan dalam bidang sosial.
Maka perlu perhatian kembali ketika para ibu lebih mementingkan bidang sosial dan bergaya hidup sosialita. Ketika kiprah perempuan dominan sebagai ibu, maka mereka akan mampu melahirkan generasi emas. Sebaliknya, jika ibu lebih mementingkan peran pribadi dan sosial maka akan lahir generasi yang tidak berkualitas.
Mengapa peran sebagai istri yang harus dominan? Ketika seorang perempuan berperan sebagai istri secara maksimal maka akan membantu peran mereka sebagai ibu. Maka, ustadz Budi menyarankan agar perempuan menyelesaikan peran maksimal sebagai istri, kemudian menjalankan peran sebagai ibu bagi anak-anak.
Pertama, ketika Rasulullah berpesan suamimu adalah surgamu atau nerakamu. Maka ketika kondisi rumah tangga baik (baiti jannati), maka orang akan betah di rumah dan kembali ke rumah. Maka ada anjuran untuk membuat rumah serasa lapang, baik secara fisik maupun suasana yang ada di dalamnya.
Kedua, hubungan yang baik antara istri dan suami akan menjadi teladan bagi anak-anak. Ketaatan istri kepada suami akan menjadi contoh bagi anak-anak untuk taat kepada nasihat ibu dan ayahnya. Tetapi ketika istri tidak patuh kepada suaminya, maka anak-anak akan belajar tidak taat.
Maka dalam Islam, perempuan memiliki posisi penting. Oleh Rasulullah, perempuan yang terbaik adalah perempuan shalih dari Suku Quraisy karena mereka sangat lemah lembut kepada anak-anaknya. Serta pandai dalam menjaga dan mengelola harta suaminya. [e]