Kembali ke Fitrah Pendidikan dengan Life Skill

lifeskill bagi siswa
lifeskill bagi siswa
sumber gambar : bondowoso.info

Pendidikan lifeskill saat ini penting bagi masa depan anak. Pendidikan lifeskill merupakan upaya untuk membekali anak agar lebih siap menjadlani hidup. Contoh pendidikan lifeskil sudah banyak saat ini

Sejauh ini, cara pandang masyarakat belum sepenuhnya berpihak pada upaya peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan pembelajaran sebagai inti sari proses pendidikan hanya diukur dari satu indikator, yakni Nilai Ujian Nasional (NUN). Sementara, domain yang lain, seperti ketrampilan (psikomotor), nilai dan sikap (afektif) dipinggirkan. Padahal, NUN bukanlah bukti kompetensi peserta didik yang sebenarnya.

Jamak dijumpai peserta didik dengan NUN bagus, tapi kesulitan mereduksi persoalan yang dihadapi karena faktor mudah putus asa, tidak sabar, cepat menyerah, dan tidak bisa mengendalikan emosi. Sebaliknya, tidak.sedikit orang berhasil dalam hidupnya meskipun NUN-nya biasa-biasa saja. Ini merupakan sebuah jawaban bahwa frame yang digunakan masyarakat tidak sepenuhnya benar.

Atas dasar fakta di atas, di penghujung tahun 2001 digulirkan program pendidikan yang kompetensi dasarnya diarahkan pada penguasaan kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup dimaknai sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan waiar tanpa merasa tertekan, kemudian, secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Life Skill yang dikembangkan di sekolah selaras dengan pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO yakni, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Apabila setiap guru melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, niscaya pendidikan di negeri ini akan kembali pada fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik dalam menghadapi perannya di masa mendatang secara menyeluruh.

Lantas, pendidikan berbasis kecakapan hidup apa saja yang harus dimiliki peserta didik? Ada dua macam kecakapan hidup, yakni; yang bersifat umum (General Life Skill), meliputi kecakapan personal dan sosial serta yang bersifat spesifik (Specific Life Skill ), meliputi kecakapan akademik dan vokasional.

Depdiknas (2002), menjabarkan kecakapan hidup menjadi lima macam, yakni, kecakan mengenal diri (self awareness). Kecakapan berfikir rasional ( thinking skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademis (academic skill), dan kecakapan vokasional (vocational skill).

Seluruh kecakapan hidup itu tidak bersifat eksklusif, akan tetapi bersifat komplementer. Ini termanifestasi dalam tindakan seseorang. Derajat aspek pendukung seperti fisik, mental, emosional, dan intelektual sangat berpengaruh terhadap derajat kualitas tindakan seseorang.

Banyak manfaat yang dapat diambil dari pendidikan kecakapan hidup. Kecakapan mengenal diri bermanfaat menuntun peserta didik memahami potensi dirinya serta mensyukuri segala kelemahan dan kekurangannya. Ini penting, sebagai modal ke depan dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Kecakapan berfikir rasional berguna bagi peserta didik untuk bekal meningkatkan rasa keingintahuannya. Sehingga, mereka senantiasa menggali, dan menemukan informasi, mencari alternatif pemecahan masalah, serta mengambil keputusan dengan bijaksana. Kecakapan ini sekaligus menghindarkan peserta didik dari pikiranpikiran yang jauh dari kearifan.

Kecakapan sosial diperlukan peserta didik agar senantiasa mampu membangun hubungan relationship. Simbiosis mutualisme selalu dikedepankan untuk menciptakan keharmonisan hubungan interpersonal. Dengan kecakapan sosial diharapkan tumbuh rasa empati. Mereka akan merasa susah kalau melihat orang susah, dan merasa ikut senang apabila melihat orang senang. Bukan sebaliknya, susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah.

Peserta didik perlu dibekali dengan kecakapan akademik agar kelak menjadi insan-insan yang visioner. Tidak hanya memiliki wawasan yang luas, tetapi juga responsif terhadap fenomena yang sedang dan akan terjadi. Segala persoalan hidup dan kehidupan akan dihadapi dengan kecemerlangan otaknya.

Yang tidak kalah pentingnya, adalah memberikan beragam ketrampilan, wawasan, etos kerja serta aktivitas produktif. Pada diri siswa ditanamkan jiwa entrepreneur. Hal ini perlu disampaikan guna membekali siswa agar memiliki kecakapan vokasional.

Implementasi pendidikan kecakapan hidup tidak perlu harus mengubah kurikulum yang sudah established. Karena setiap Standar Kompetensi (SK) maupun Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam setiap mata pelajaran sudah mengarah pada penguasaan life skill. Yang patut di-highlight adalah kepiawaian guru mengemas isi serta memilih strategi pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, pendidikan kecakapan hidup harus diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Karena itu, guru harus kreatif dan inovatif mengkreasi pembelajaran.

Terkait dengan pendidikan berbasis luas (Broad Base Education) sebagai upaya pembentukan kecakapan hidup, guru harus menghindari pembelajaran yang berbasis materi, akan tetapi harus menyibukkan diri membekali putra putrinya dengan pendidikan kecakapan hidup. Misalnya, dalam pembelajaran matematika, tidak hanya konsep-konsep matematika yang diajarkan, namun juga kecakapan lainnya, seperti kerja sama dan berkomunikasi.

Demikian ulasan mengenai pendidikan lifeskill, pendidikan berbasis kemandirian anak. Pendidikan ini sudah diterapkan di Indonesia misalnya pendidikan si Sekolah Menegah Kejuaruan. Sudah ada karya anak bangsa yakni mobil esemka, yang walau saat ini nasib mobil esemka belum jelas jluntrungnya semoga tidak menjadi alat politik semata.